Organisasi Saat Kuliah? Ah, Nggak Penting! | INFO INDONESIA

adsterra

TS

Organisasi Saat Kuliah? Ah, Nggak Penting!

Halo Makhluk Hidup!

Gimana nih kabarnya. Bunglon doakan semoga kalian para pembaca sehat - sehat aja yak. Nah, kali ini Bunglon mau menyuguhkan suatu kasus yang sering kali ada pro dan kontranya. Sesuai judul, tentunya Bunglon sudah riset dong ke beberapa narasumber yang pro dan kontra tentang pentingnya berorganisasi saat kuliah. Dan sepertinya postingan kali ini akan sedikit lebih panjang dari biasanya. Baiklah langsung saja Bunglon paparkan di bawah tentang pendapat mereka ya.


Hasil gambar untuk organisasi kampus


Organisasi. Pasti sudah nggak asing kan sama kata itu. Bahkan mungkin beberapa dari pembaca ada yang anak organisasi. Kalau Bunglon mengartikan organisasi menurut filosofi Bunglon (ce ilah wkwkwk) organisasi adalah suatu tim yang berisikan beberapa individu dengan berbagai karakter yang dibentuk untuk menggapai tujuan bersama. Macam - macam organisasi juga banyak. Tapi kali ini Bunglon mau membahas tentang organisasi universitas, diikuti dengan berbagai pendapat dari beberapa narasumber tentang penting atau tidak ikut organisasi saat kuliah.

Di universitas, sebenarnya macam - macam organisasinya banyak. Yang paling umum dan pasti diketahui banyak orang adalah BEM dan HIMA. Untuk kepanjangannya sendiri, BEM berarti Badan Eksekutif Mahasiswa dan untuk HIMA berarti, Himpunan Mahasiswa. BEM dan HIMA ini sama - sama sibuk. Karena seperti yang kalian ketahui, bahwa organisasi sebatas OSIS sungguh jelas berbeda dengan dua organisasi tadi. Selain program kerja yang lebih banyak, individu - individu yang di dalamnya juga bukan orang kaleng - kaleng, lebih kritis, dan terkadang juga demokratis (biasanya sih gitu).

Kembali lagi kita membahas penting nggak sih ikut organisasi saat kuliah? Tentu saja sebagian bilang penting, sebagian lagi bilang nggak penting. Nah oleh karena itu, di bawah ini sudah ada pendapat - pendapat dari lima orang narasumber. Dua diantaranya mengungkapkan tidak terlalu penting, dan sisanya menganggap penting. Dari mana Bunglon mendapat narasumber? Bunglon mengajukan pertanyaan melalui story instagram untuk survei, lalu lima pendapat yang menarik langsung Bunglon wawancarai.


Hasil gambar untuk silang


Kali ini, mari kita membahas yang “tidak penting” dulu. Dari dua narasumber yang Bunglon wawancarai, dua – duanya beranggapan sama. Yakni, mereka sama sekali tidak menyalahi ataupun meremehkan anak organisasi.

Menurut M. Rizal Romadhoni mahasiswa UPN Yogyakarta, ia menyatakan "Kalau organisasinya monoton, mending jadi volunteer." Mengapa seperti itu? Nah selengkapnya simak pernyataan lengkapnya di bawah ini,

“Menurutku menjadi mahasiswa dan sepengalamanku menjadi anggota himpunan, yang tak rasain tuh kaya males doang gitu loh. Semua karena bahasan yang diangkat selalu memberatkan dan tau sendiri kan tugas kuliah juga sudah berat. Mungkin sih terkadang pada waktu tertentu dapat mengasah sikap kritis mahasiswa, tapi kebanyakan tuh ngikut-ngikut doang kaya rapat pleno DPR yang pada tidur semua.

Tapi memang berguna sih untuk mengembangkan diri. Apalagi yang aku dapat sesuai pengalaman organisasi dulu saat sekolah dan setahun jadi mahasiswa bahwasannya luar biasa bedanya. Dan itu juga yang terkadang membuatku untuk pikir – pikir kembali sebelum benar – benar join organisasi di kampusku.

Aku juga memiliki pandangan positif tentang organisasi kampus. Menurutku fungsi nyata dari kegiatan organisasi yaitu  ketika mengadakan event disitu kemampuan utama kita diutamakan, soalnya kalo di dunia pekerjaan hardskill tuh mungkin hanya 10-30% tapi kemampuan di lapangan (softskill) itu yang menentukan segalanya.

Lalu kenapa aku lebih memilih menjadi volunteer event daripada join langsung organisasinya? Soalnya kalau seperti itu, kita tuh dapat tau langsung dan dapat pengalaman langsung gitu mengenai kegiatannya. Tidak selalu mengenai teori atau bahasan yang kerap kali memberatkan. Soalnya kan volunteer itu terjun langsung tanpa ada ‘basa-basi’ sana sini.


Organisasi itu sebenarnya penting juga sih, tapi aku utamakan melihat ‘value’ dari organisasi dan masing masing individu yang di dalamnya juga. Jadi sebenarnya kembali ke diri kita masing – masing. Kan terkadang pandangan kita beda. Kalau aku memandang organisasi yang ada di depanku seperti itu, sama seperti pada umumnya alias monoton. Sehingga menurutku tidak terlalu penting. Toh ya mahasiswa sepertiku terkadang masih sibuk akan tugas, tapi tidak ingin melewatkan event – event yang diadakan kampusku. Oleh karena itu, volunteer menjadi pilihanku.”

Nah, kurang lebih seperti itu pernyataan narasumber Bunglon. Tapi, sebelum Bunglon meluruskan atau menyimpulkan, kalian harus simak lagi pernyataan dari narasumber Bunglon yang lain lagi. Dia adalah seorang mahasiswi Universitas Negeri Malang, Meidinda Alunia H. Dia menyatakan bahwa, "Kalau aku bukan jiwa - jiwa aktivis atau jiwa - jiwa organisasi gitu. Jadi bagiku nggak terlalu penting." Bunglon langsung bingung dengan pernyataannya, karena setau Bunglon dia ada background organisasi sebelumnya semasa sekolah. Tapi kenapa sekarang berpindah haluan? Nah, yuk simak komentar komplitnya di bawah ini,

"Aku kuliah memutuskan untuk tidak mengikuti berbagai kegiatan diluar perkuliahan, entah himpunan ataupun sekedar organisasi. Why? Gimana ya jelasinnya. Bukannya sombong atau apa, karena menurutku ketika berorganisasi, yang akan kita dapetin kan pengalaman, leadership, teamwork dan sejenisnya kan. Nah aku merasa sudah cukup aku dapetin ketika sebelum kuliah (SMP-SMA). 

Untuk dapetin itupun nggak harus pure dari organisasi kan? Ketika aku pergi dari kampung halamanku dan tinggal sendiri, itu sudah membuatku mengasah jiwa kepemimpinanku secara tidak langsung. Karena tujuan utamaku merantau jauh-jauh ya untuk dapat ilmu pendidikan dari jurusan yang ku pilih. Meskipun aku sendiri ya tidak bisa memungkiri kalau organisasi itu bisa mengembangkan diri kita kalau dikelola dengan baik. Aku sampai sekarang pun melihat teman-temanku yang sibuk organisasi pada keteteran tugas-tugasnya. Dan aku nggak mau kalau sampe tujuan utamaku datang jauh-jauh malah jadi yang nomor dua gara-gara kalah sama aktivitas yang lain.

Tapi juga masih sering aktif kalau memang ada kegiatan kelas. Kan jurusanku sering mengadakan acara, aku masih sering ikut buat skala kelas. Karena hanya memakan waktu seminggu atau dua minggu. Tidak sampai yang setiap hari atau rutin secara terus-menerus.

Pokoknya pada intinya tujuanku nggak ikut organisasi itu karena nggak mau melenceng dari tujuan utamaku. Tapi aku juga nggak menyalahkan anak-anak yang ikut organisasi. Karena aku juga setuju kalau organisasi memang bisa mengembangkan diri kita. Yang tak garis bawahi kalo bisa dikelola dengan baik. Maka dari itu, mengapa aku bilang tidak terlalu penting. Pada dasarnya jauh - jauh merantau untuk menimba ilmu, eh malah keteteran karena organisasi, aku nggak mau. Tapi semua tergantung individunya, pokoknya sadar porsi masing - masing saja."

Nah, gimana? Apa ada hal yang menurut kalian tidak sesuai? Pasti dong! Karena Bunglon yakin, beberapa dari kalian yang membaca ini ada anak organisasi. Dan pastinya pemikiran kalian berbeda dengan dua narasumber Bunglon di atas.

Tapi jangan terburu - buru dulu ingin baca kesimpulan maupun pelurusan Bunglon. Karena masih ada nih tiga narasumber yang menyatakan organisasi itu penting kok. Hanya saja pernyataan mereka beda - beda. Alias sudut pandang yang mereka paparkan tidak sama.


Gambar terkait


Pertama, narasumber ini mari kita sebut dengan Sifa. Nah Sifa ini memberikan pendapat bahwa, "Organisasi itu penting, karena ngampus nggak cuma modal bangku kuliah saja." Wah, ada yang tau maksudnya nggak nih? Nah kalau bingung sama maksud Sifa, baca pemaparan komplit darinya,

"Jadi gini , oke kita ada kewajiban untuk kuliah, tapi kalau kita hanya kuliah saja itu nggak cukup. Untuk mendapatkan ilmu dan wawasan itu sangat luas lingkungannya. Seperti aku begini di jurusan manajemen pasti materinya hanya manajemen pemasaran, keuangan, dll. Dan itu hanya materi saja.

Tapi kalau kita menerapkannya di luar dengan kita ikut organisasi misalnya HIPMI (himpunan Pengusaha Muda Indonesia ) di situ kita diajarkan untuk membuat produk yang laku di pasaran dan gimana sih cara memasarkan produk yang benar, dan semua itu langsung action . Itu ilmu baru, meskipun terlihat sepele tapi itu gak diajarkan di kuliah, ya kan?

Oke di kuliah kita membahas materi pemasaran tapi actionnya gak ada. Materi tanpa action hanya wacana. Maka dari itu kita butuh relasi sebagai media untuk mengembangkan skill kita. Contoh kecilnya seperti itu. Maka dari itu aku bilang kuliah saja itu nggak cukup. Toh di dunia kerja juga nggak memandang seberapa bagus nilaimu di bangku kuliah.

Percuma nilai bagus tapi gak punya skill, dan pengalaman, perusahaan juga gak bakalan mau. Perusahaan akan lebih mengutamakan yang punya banyak pengalaman dibandingkan nilai kita. Jadi imbangi itu semua. Aku ngomong gini bukan berarti kuliah gak penting, kuliah itu penting. Tapi ya itu tadi, jangan terpacu pada kuliah aja. Mulailah mengembangkan skill mu dengan ikut organisasi atau komunitas diluar kampus, dan membangun relasi dengan teman kampus sebanyak banyaknya."


Nah kalau kali ini pernyataanya tegas sekali ya. Tapi ingat, masih ada dua pernyataan lagi loh. "Kenapa sih kok dipost panjang pendapatnya? Kenapa nggak ambil intinya saja?" Ya soalnya begini teman - teman, Bunglon tidak ingin ada kesalahpahaman. Dan lagipula pernyataan semua narasumber Bunglon itu bagus - bagus, jadi sayang kalau ada yang dibuang. Kan jadi nggak orisinil gitu, hehehe.


Selanjutnya ada pemaparan sederhana dari (mari kita sebut saja) Bella. Kenapa Bunglon bilang sederhana, karena awalnya dia hanya menyatakan "Soft skill is more important than hard skill for future job." Nah langsung deh Bunglon minta pemaparannya, dan ya dia menjelaskan dengan sangat singkat tidak seperti narasumber lain. Tapi jangan salah, maknanya luas banget. Langsung aja simak di bawah ini ya,



"Hardskill itu IQ ilmu pengetahuan. Kalau softskill itu kemampuan seseorang untuk mengatur dirinya dan berhubungan dengan orang lain (ex : public speaking dll).


Kalau seseorang  pinter tapi nggak bisa ngomong, nggak punya relasi, nggak bisa persuasif ke orang lain ya percuma ilmunya. Tapi kalau seseorang tersebut tidak seberapa menonjol pinternya, namun etika, public speaking, relasi, dan kemampuan beradaptasinya bagus, pasti punya kepastian di pekerjaan nantinya."



Singkat kan? Tapi Penekanan kata dan maknanya nusuk banget. Istilahnya seketika membuka pintu kedua di pemikiran Bunglon. Dan yang terakhir ada pendapat dari mahasiswa yang bisa kita sebut Rara. Awalnya Rara tidak memiliki background organisasi. Namun  menariknya, setelah bergabung dalam organisasi dia justru jatuh cinta dengan sistem maupun pelajaran yang ia dapat didalamnya. Langsung aja kita simak pendapatnya dibawah ini,

"Menurut aku sih penting banget. Karena aku salah satu orang yang merasakan dampak baiknya organisasi dari background non organisasi. Apa yang tak pelajari di organisasi universitas ini, banyak banget. Mulai dari memanage hal - hal besar seperti uang dan acara, mengubah bagaimana caraku berpikir dan mengubah perilakuku bagaimana bersikap di depan orang besar.

Dan jujur mungkin dulu sebelum bergabung hima ini relasiku tidak banyak. Namun, setelah aku memberanikan gabung hima, relasiku bertambah.

Memang benar terkadang kegiatan organisasi mengganggu kegiatan kuliahku. Entah itu tugas ataupun kerkel. Tapi gimana ya, dariawal aku sudah meyakinkan diri untuk ikut dan menerima semua resiko. Ya akhirnya apapun yang aku rasain sekarang baik buruknya dampak organisasi yang aku ikuti, ya jangan dikeluhkan. Jangan takut berorganisasi karena takut nilai turun. Anggaplah organisasi sebagai hobi. Tujuan utamamu kuliah. Hobimu berorganisasi, kalau menjadi hobi sempat atau tidak sempat pasti kamu akan luangkan itu"

Nah gimana teman - teman? Sudah terluruskan atau belum? Atau masih nggak paham?

Hasil gambar untuk pendapat


Oke, sekarang giliran Bunglon menanggapi satu – satu dari semua pendapat diatas.


Pertama, terkadang apa yang tersaji di universitas baik dari organisasi maupun yang lain - lain, terkesan monoton. Monoton di sini bukan sesuatu yang negatif loh ya, tapi lebih ke suatu yang sudah terlalu biasa layaknya organisasi pada umumnya. Seperti apa kata M. Rizal Romadhoni tadi. Kalau Bunglon menyimpulkan, dia ingin sesuatu yang tidak menjenuhkan dan ingin sesuatu yang fresh. Istilahnya maklum saja, apalagi dia memiliki beban tugas yang terkadang numpuknya tidak terduga. Oleh karena itu, ia tidak ingin jenuh dua kali dan memilih menjadi volunteer setiap ada event, karena ia tidak perlu harus ikut memikirkan beban organisasi yang terkadang memberatkan. Pilihan yang diambil M. Rizal Romadhoni juga suatu hal yang bagus dimana kita ingin ikut mengurus event universitas dengan menjadi volunteer panitia tanpa harus memecah fokus pada tugas dan lain - lain yang tabrakan dengan kuliah.

Kedua, mengambil dari kata “dikelola dengan baik” artinya kalau mau ikut organisasi paling tidak harus memahami berbagai resiko kedepannya. Menurut Bunglon, Meidinda Alunia H ini menganggap organisasi saat kuliah tidak penting karena ia sudah merasa cukup akan ilmu organisasinya. Bunglon juga setuju dengan pernyataannya terkait jauh –jauh  merantau untuk menimba ilmu masa jadi nomor dua hanya karena organisasi/aktifitas lain. Yang artinya, semua tergantung individu masing-masing. Soal bisa mengatur waktu atau tidak itu tergantung. Karena terkadang manusia itu tidak tau akan porsi pas/kemampuannya. Sehingga suka berlebihan dan ujung – ujungnya berantakan. Karena baginya tujuannya untuk kuliah jangan sampai bergeser ke nomor dua, sehingga tidak fokus yang mengakibatkan semua keteteran.

Ketiga, kuliah itu jangan terpacu bangku kuliah saja dan jalin relasi sebanyak - banyaknya. Nah, disini Bunglon bisa langsung paham. Memang benar kok, kita harus bisa improve kemampuan sosial kita. Meningkatkan relasi dan harus ada action yang diambil. Seperti kata orang - orang, banyak teori tapi aksi nggak ada sama aja bohong. Memang sih itu penting banget apalagi semakin bertambah umur, dunia sosial akan semakin luas. Lalu bagaimana dengan yang tidak bisa improve? Ya saran Bunglon belajar pelan - pelan saja. Mulai dengan mencari satu teman, karena nanti pasti kamu akan dikenalkan temanmu ke teman - temannya yang lain. Sama seperti Bunglon yang awalnya teman hanya sedikit, tapi teman - teman Bunglon mengenalkan Bunglon pada lainnya, sehingga relasi Bunglon semakin banyak.

Keempat, softskill lebih menunjang daripada hardskill. Menurut Bunglon, ilmu pengetahuan memang sudah seharusnya ada. Karena tanpa adanya ilmu pengetahuan, maka aksi takkan ada. Loh kok bisa gitu? Ya karena sebelum terjun action, pastinya belajar teorinya dulu kan? Bunglon setuju sih dengan pendapat Bella, tapi kita juga jangan mengesampingkan hardskill (ilmu pengetahuan). Bunglon bisa improve softskill seperti public speaking ya karena sebelumnya ilmu pengetahuannya Bunglon pelajari. Percuma cuap-cuap cas cis cus ces cos, tapi ilmu pengetahuan dasar saja tidak tau. Paling tidak kita tau dasarnya, sehingga bisa improve softskill.

Kelima, jangan takut berorganisasi dan jadikan organisasi itu sebuah hobi. Mungkin pendapat kelima dari Rara bisa jadi penengah sih menurut Bunglon. Karena apa yang dia paparkan kurang lebih cukup menjelaskan kenapa organisasi itu penting saat kuliah. Pendapat Bunglon tentang Rara diatas adalah memang benar jika kita bisa menyempatkan waktu untuk berorganisasi maka kita bisa untuk bergabung dan mengemban tanggung jawab didalamnya tanpa merusak kepentingan utama yaitu kuliah. Tapi bagi sebagian orang, menyempatkan waktu untuk berbagi beberapa fokus tidaklah mudah. Mungkin ada yang sanggup dan ada yang tidak. Masalah soal takut berorganisasi atau tidak, itu mungkin tergantung bagaimana individu mengatasi masalah maupun resiko yang ia hadapi kedepannya. Tapi hal bagus juga Bunglon dapatkan dari Rara bahwasannya dia mampu mengatasi masalah bagi waktu dan bagi fokus, padahal ia tidak berpengalaman berorganisasi.

Kesimpulan Bunglon, penting atau tidak penting organisasi saat kuliah? Jawaban Bunglon PENTING. Tapi penting bagi yang bisa mengelola dan mengatur waktu dengan baik, penting bagi yang ingin mengembangkan softskill untuk penunjang kedepannya, penting bagi yang ingin mengubah karakter diri, dan penting bagi yang sanggup serta mampu menerima segala resiko kedepannya.

Tapi ingat ya, Bunglon tidak menyalahi bagi yang menganggap tidak penting. Soalnya ya itu tadi, semua kembali pada individu masing - masing. Jika tidak sanggup atau tidak mau ya jangan memaksakan, daripada tidak niat pada ujungnya, atau menganggu kegiatan kuliah.

Lalu misalkan nih pembaca tanya kalau Bunglon kuliah (aamiin, doain yak hehehe) dan disuruh memilih, ikut organisasi atau tidak? Jawaban Bunglon TIDAK. Karena, Bunglon rasa ilmu organisasi Bunglon sejak SMP hingga SMA sudah cukup, sama seperti apa yang dipaparkan Meidinda Alunia H. Dan terlebih lagi, Bunglon juga bekerja. Jadi untuk menyempatkan waktu atau membagi fokus, Bunglon rasa tidak sanggup.

Nah dari lima pendapat dan kesimpulan Bunglon di atas, mana yang masih tidak kalian mengerti? Ya Bunglon mohon maaf lahir batin lah ya jika ada kesalahan dari postingan Bunglon kali ini hehehe. Semoga semua pemaparan diatas sudah jelas las las. Dan jangan ada lagi yang berargumen negatif atau saling berdebat dengan amarah cuma karena hal seperti ini.

Dan demikian postingan untuk rubrik Buka Pikiran ini Bunglon sampaikan (Lah kok jadi kayak nulis surat yak wkwkwk) Nantikan postingan Bunglon lainnya. Kalau ada yang mau mengirim opini, silahkan menuju HOME dan klik BUKA PIKIRAN di bagian atas foto header.

Salam.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Organisasi Saat Kuliah? Ah, Nggak Penting!"

Post a Comment

btc